Sejarah penggunaan kulit manggis menjadi obat

by - August 28, 2018


Ingatkah kalian tentang sebuah iklan yang menggunakan kulit manggis? yang lagunya "kabar gembira untuk kita semua....". mungkin sudah banyak yang tahu tentang kegunaan dari kulit manggis karena memang sudah sering di bahas di forum-forum kesehatan, namun tahukah kalian bagaimana sejarah penggunaan kulit manggis menjadi obat?. perna gak sih kalian terpikir nemu suatu buah yang kulitnya (notabene bagian yang sering dibuang) dapat dijadikan obat?!.

Manggis (Garcinia mangostana L.) adalah sejenis pohon hijau abadi dari daerah tropika yang diyakini berasal dari Kepulauan Nusantara dan dapat tumbuh hingga 7 sampai 25 meter. Buahnya juga disebut manggis, berwarna merah keunguan ketika matang, meskipun ada pula varian yang kulitnya berwarna merah.


Buah manggis dalam perdagangan dikenal sebagai "ratu buah", sebagai pasangan durian, si "raja buah". Buah ini mengandung mempunyai aktivitas anti-inflamasi dan antioksidan. Sehingga di luar negeri buah manggis dikenal sebagai buah yang memiliki kadar antioksidan tertinggi di dunia.
Manggis disantap dalam keadaan matang dengan membelah dua kulitnya dengan hati-hati sehingga bisa dikeluarkan isinya. Namun manggis muda berwarna hijau juga dijual dengan rasa lebih kecut namun sekaligus juga manis.

Sejarah penggunaan kulit manggis menjadi obat

Saat itu Laurent Garcin, penjelajah hutan berkebangsaaan Perancis yang memberi nama Garcinia mangostana kepada buah manggis pada abad ke-16, mungkin ia tidak menduga temuannya memiliki manfaat lebih hebat daripada pengetahuan zaman kuno itu.
Semua bermula pada April 1993 saat Munekazu Iinuma mengumpulkan kulit manggis dari berbagai sentra di Indonesia. Kulit manggis itu kemudian diterbangkan ke Gifu Pharmaceutical University, Jepang.

Di sana, oleh Kenji Matsumoto dan kawan-kawan, termasuk Munekazu Iinuma, sejumlah 2,7 kg kulit buah manggis kering diekstrak dengan heksana, benzena, aseton, dan alkohol 70%. Ekstraksi menghasilkan 6 turunan xanthone, yaitu: alfamangostin, betamangostin, g-mangostin, mangostinone, garcinone-E, dan 2-isoprenyl-1,7-dihydroxy-3-methoxyxanthone.

Selanjutnya mereka mengambil sejumlah sel penyebab leukemia, seperti HL60, K562, NB4, dan U937 dari Riken Cell Bank, Tsukuba, Ibaraki, Jepang. Sel kanker penyebab leukemia itu dikulturkan, kemudian senyawa-senyawa xanthone dilarutkan dalam kultur itu. Hasilnya terbukti bahwa a-mangostin memicu proses apoptosis ( Apoptosis adalah mekanisme kematian sel yang terprogram yang penting dalam berbagai proses biologi) sel leukemia.



Hasil penelitian Kenji Matsumoto itu seakan-akan menjadi pemicu perhatian ilmuwan dunia pada manggis. Lima bulan setelah penelitian Kenji Matsumoto, di Swiss ada penelitian yang membuktikan, xanthone ampuh mengatasi depresi. Berikutnya susul-menyusul penelitian di berbagai negara yang hasilnya saling menguatkan efek xanthone sebagai obat. Di Taiwan, misalnya, pada Mei 1996 dilakukan 2 penelitian yang berbeda. Satu penelitian membuktikan khasiat xanthone mengatasi depresi; penelitian lain, antikanker.
Kehebatan kulit manggis tidak luput dari perhatian peneliti di Indonesia. Menurut Dr Agung Endro Nugroho.MSi.Apt, kulit manggis mengandung 50 senyawa xanthone. Xanthone ialah bioflavonoid yang bersifat antioksidan, antibakteri, antialergi, antitumor, anti-histamin, dan anti-inflamasi. Molekul biologi aktif ini memiliki struktur cincin 6 karbon dan kerangka karbon rangkap, sehingga sangat stabil. Di alam ada 200 jenis xanthone, sejumlah 50 di antaranya ditemukan di kulit manggis.
Yang paling banyak memiliki efek farmakologis adalah alfamangostin, betamangostin, dan garcinon-E. Pemeran utama penumpas sel kanker ialah alfamangostin dan garcinon-E. Keduanya menghambat proliferasi sel kanker dengan mengaktivasi enzim kaspase 3 dan 9, yang memicu apoptosis atau program bunuh diri sel kanker. Alfamangostin juga mengaktifkan sistem kekebalan tubuh dengan merangsang sel pembunuh alami yang bertugas membunuh sel kanker dan virus.

Sekian artikel saya kali ini, memang pada artikel kali ini menggunakan bahasa yang agak susah dicerna karen menggunakan bahasa-bahasa ilmiah. untuk itu, saya harap, para pembaca dapat mengerti secara garis besar sejarah penggunakan kulit manggis menjadi obat.

You May Also Like

0 comments